Selasa, 08 Maret 2011

Renungan Reformasi

Oleh ; Achmad Rizal,
Mantan Aktivis Reformasi 1998

Gerakan Reformasi di tahun 1998 yang dipelopori oleh mahasiswa-mahasiswa di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Makassar, dan kota-kota lainnya di Indonesia, telah berhasil melengserkan Presiden Soeharto dan mengakhiri kekuasaan Rezim Orde Baru yang didominasi oleh Golongan Karya (Golkar) dan  Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang serakah dan represif yang melahirkan pengusaha-pengusaha KKN (Kolusi Korupsi dan Nepotisme /keponakanisme). Seiring dengan itu, berkembang-biak dan beranak-pinak rakyat Indonesia yang berada pada garis dan di bawah garis kemiskinan! Kemiskinan rakyat, ketidak-adilan sosial dan penindasan adalah kenyataan factual yang mendorong terjadinya Gerakan Reformasi 1998!

·         Enam  Visi Reformasi
1.      Turunkan Harga (Perbaikan Ekonomi yang berkesejahteraan)
2.      Pemberantasan Korupsi
3.      Cabut Dwi fungsi ABRI
4.      Bubarkan Golkar
5.      Tuntaskan Kasus Pelanggaran HAM
6.      Menciptakan Keadilan Sosial Bagi seluruh rakyat Indonesia


·         Pasca Reformasi
Sesudah Reformasi 1998, Negara Kesatuan Republik Indonesia diselenggarakan ---sejak lengsernya Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 sampai hari—oleh pemerintahan Presiden B.J. Habibie (sejak 21 Mei 1998 sd Pemilu Tahun 1999), Presiden Abdurrahman Wahid (sejak 2000 sd tahun 2002), pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri (sejak tahun 2002 sd tahun 2004).
dan pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono selama dua periode ( periode pertama sejak Pasca Pilpres tahun 2004 sd tahun 2009, dan periode kedua sejak pasca Pilpres Tahun 2009 sd Tahun 2014 nanti).

Sebagai mantan aktivis reformasi, saya mengikuti perkembangan situasi nasional ; agar saya dan teman-teman mantan aktivis lainnya mengetahui, apakah ketidakadilan social dan penindasan sudah selesai,  apakah rakyat Indonesia sudah berada di atas garis kemiskinan? Secara garis besar, saya mengetahui—secara pribadi dan informasi dari media massa --, bahwa sejak Presiden Soeharto lengser sampai hari ini, situasi nasional utamanya di bidang politik, ekonomi, hukum, social, dsb makin memprihatinkan. Banyak pengamat mengungkapkan, bahwa  bagian terbesar rakyat makin  susah. Situasi dan kondisi nasional bangsa kita makin hari makin mengkhawatirkan. Bahkan ada sementara pengamat yang mengatakan, bahwa situasi dan kondisi nasional Indonesia pada era rezim Soeharto lebih baik ketimbang pada pasca reformasi. Pernyataan yang menikam perasaan saya sebagai reformis.

Jika  sinyalemen pengamat tersebut benar, lalu apa arti reformasi? Apa gunanya? Untuk apa mahasiswa bergerak di berbagai kota di Indonesia hingga memaksa Presiden Soeharto lengser ? Untuk apa Elang Prakasa, Yun Hap dan para martir reformasi  lainnya mati? Jika sinyalemen pengamat itu objektif, kesimpulannya adalah bahwa gerakan Reformasi 1998 itu salah dan rezim represif Soeharto serta Orde Baru benar.Kesimpulan  berlanjut, bahwa Jenderal Soeharto dan rezim Orde Baru membangun bangsa dan Negara , sedangkan Gerakan Reformasi 1998 serta semua rezim pemerintahan pasca reformasi adalah kebalikannya, yaitu menghancurkan bangsa dan Negara! Sangat ironis dan menyakitkan!

Sinyalemen-sinyalemen  di atas ditambah realitas nasional di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pasca reformasi, membuat saya sangat prihatin. Saya merasa Indonesia berada pada persimpangan jalan buntu. Saya merasa perjuangan saya dan para reformis lainnya adalah perjuangan yang sia-sia.

·         Pandangan
Setelah berhasil menumbangkan Presiden Soeharto, saya dan para mantan aktivis reformasi  yang tetap memperjuangkan 6 Visi Reformasi dan tidak berada di dalam kubu pemerintahan, tetap melakukan demonstrasi-demonstrasi sejak dari pemerintahan Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri  sampai ke pemerintahan periode pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Apa hasilnya? Apakah situasi dan kondisi nasional kita berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya?.

Kenyataan tersebut, bahwa demonstrasi tidak mengubah keadaan rakyat, bangsa dan Negara  menjadi lebih baik; membuat saya berfikir ulang tentang demonstrasi-demonstrasi yang belum siap dan semuanya diatasnamakan kepada rakyat! Ternyata rakyat tidak berubah menjadi lebih baik. Mengapa? Karena rakyat, bangsa dan Negara hanya diatasnamakan saja.

·         Realisasi Keadilan Sosial dan Kesejahteraan Rakyat
Saya telah berkomitmen dengan diri saya pribadi, bahwa saya akan terus berjuang memperbaiki keadaan melalui kegiatan-kegiatan saya yang lainnya yang konstruktif. Hal yang mendesak menurut saya adalah realisasi Keadilan Sosial dan Kesejahteraan Rakyat, yang merupakan sila dari Pancasila dan UUD45.

Jika seluruh elemen bangsa ini bersatu, tidak sulit merealisasikan dua hal mendesak tersebut. Setelah demonstrasi-demonstrasi fisik, apapun alasannya, tidak berhasil mengubah Indonesia menjadi lebih baik; saya berpendapat kita sekarang perlu mendemonstrasikan pemikiran, konsep dan kerja nyata untuk memperbaiki nasib rakyat, memajukan bangsa dan mengatur Negara sesuai nilai-nilai reformasi .

“SALAM”

Penulis adalah Mantan aktivis KM. JayaBaya dan Forum Bersama (Forbes 1998).

1 komentar:

  1. jangan lupa yah ama muhlisin yang menuntut pemerintah ri sebesar 1 trilyun rupiah dan 1 milyar dollar amerika karena menyadap rumah muhlisin dan mengambil programming komputer milik muhlisin !, alamat rumah : jl jelambar utama 4 rt 006/08 no:50, jelambar, jakarta-barat, 11460, indonesia, nama kampus : stmik budiluhur ( sekarang universitas budiluhur ) nim : 9444500138. CALON ORANG TERKAYA DI INDONESIA , NOMOR URUT : 28 ( versi majalah forbes 2013 ).

    BalasHapus